MAKASSAR – Kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Selatan terus menunjukkan ketangguhannya. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan mengumumkan bahwa neraca perdagangan barang Sulsel kembali mencetak surplus sebesar US$431,85 juta sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Catatan ini memperpanjang tren surplus perdagangan menjadi 55 bulan berturut-turut, sejak Januari 2021. Hal ini menunjukkan daya tahan perekonomian daerah meski ekspor secara total mengalami tekanan.
“Surplus ini ditopang oleh komoditas nonmigas yang mencatat surplus US$449,21 juta. Sementara sektor migas masih defisit US$17,36 juta,” ujar Kepala BPS Provinsi Sulsel, Aryanto beberapa Waktu lalu dikutip tosil.id pada website resmi BPSsulsel.
Ekspor Menurun, Tapi Komoditas Tertentu Tetap Bersinar
Meski ekspor secara keseluruhan turun 19,52% dibanding periode yang sama tahun lalu, sejumlah komoditas unggulan tetap mencatatkan kinerja positif:
Namun, komoditas utama seperti nikel, besi dan baja, serta biji-bijian berminyak mengalami penurunan yang cukup signifikan:
Ketiga komoditas ini memberikan kontribusi besar, yakni 83,87% dari total ekspor Sulsel.
Jepang Jadi Mitra Dagang Utama
Negara tujuan ekspor utama tetap didominasi oleh Jepang (US$524,93 juta atau 56,57%), diikuti oleh:
Sementara dari sisi impor, Sulsel mencatat penurunan nilai impor sebesar 20,89%, dengan tiga negara pemasok terbesar adalah:
Inflasi Tetap Terkendali di Agustus 2025
BPS juga mencatat bahwa inflasi Sulawesi Selatan pada Agustus 2025 berada di level 0,04% (m-to-m), atau 3,12% secara tahunan. Kelompok pengeluaran yang paling mempengaruhi inflasi adalah transportasi, perawatan pribadi, dan makanan/minuman.
Komoditas yang paling mendorong inflasi antara lain:
Menariknya, hanya 3 dari 8 kabupaten/kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Luwu Timur (0,70%), sedangkan Watampone mengalami deflasi terdalam (-0,22%).
Petani Semakin Sejahtera: NTP Naik 0,92%
Kabar baik juga datang dari sektor pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) naik menjadi 122,44, menunjukkan bahwa daya beli petani meningkat.
“Peningkatan ini disebabkan karena harga yang diterima petani naik lebih tinggi dibanding harga yang dibayar,” ungkap Aryanto.
Pariwisata Menggeliat: Wisman & Wisnus Naik Dua Digit
Sektor pariwisata mencatat pertumbuhan positif:
Kunjungan wisman terbanyak berasal dari Malaysia dan Perancis. Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar hotel bintang naik menjadi 47,73% pada Juli 2025 (naik 4,74 poin dibanding Juni).
Transportasi Campur Aduk: Udara Internasional Naik, Domestik Turun
Tidak ada komentar