MAKASSAR – Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Sulawesi Selatan, Rahayu, menyampaikan pernyataan tegas soal stigma negatif terhadap kepala desa (kades). Dalam wawancaranya dengan Tosil.id pada Rabu (30/7/2025), Rahayu mengibaratkan peran kepala desa seperti layanan transportasi daring, Grab.
“Kades itu ibarat Grab, hanya dititipi uang dan belanjanya jelas,” ujar Rahayu. Ia menegaskan bahwa anggaran yang dikelola oleh kepala desa bukan milik pribadi, melainkan untuk kepentingan masyarakat, dengan prosedur penggunaan yang ketat dan transparan.
Lebih lanjut, Rahayu meminta publik untuk tidak selalu berpikir negatif terhadap para kades. Menurutnya, ada sisi perjuangan yang kerap terlupakan oleh masyarakat luas.
“Kepala desa itu bekerja 1×24 jam. Kadang gajinya tertunda hingga tiga bulan, tapi mereka tetap ikhlas bekerja demi warga,” tegasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya sorotan terhadap pengelolaan dana desa. Rahayu berharap masyarakat lebih objektif dalam menilai, serta memberikan dukungan moral bagi para kepala desa yang bekerja di garis terdepan pelayanan publik di wilayah pedesaan.
“Kalau masyarakat paham perjuangan kades, mereka akan lebih menghargai. Jangan hanya melihat kesalahan, tapi juga lihat pengorbanan,” tutupnya.
Tidak ada komentar