website murah

Buruh Gendong Arang Puluhan Kilometer Demi Upah Rp350

REDAKSI
15 Jul 2025 21:39
2 menit membaca

SOLO – Di tengah modernisasi yang semakin berkembang sejak era 1980-an, masih ada kelompok masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pekerjaan fisik berat, salah satunya adalah para “Manol”, sebutan untuk buruh gendong arang di Solo dan sekitarnya.

website murah

Para Manol, yang sebagian besar berasal dari desa-desa di sekitar Solo dan Sragen, setiap hari memikul atau menggendong karung-karung arang seberat puluhan kilogram. Jarak tempuhnya pun tak main-main, bisa mencapai puluhan kilometer hanya untuk mengantar arang ke tempat tujuan.

Salah satu sosok Manol yang dikenal di kalangan masyarakat adalah Mbok Saminem, seorang perempuan tangguh yang biasa menggendong arang dari Pasar Pilangrembes menuju Desa Jantran. Jarak yang ditempuh sekitar 40 kilometer, dengan beban di punggung mencapai 30 kilogram, hanya dibayar Rp 350.

 

website murah

“Sehari bisa jalan puluhan kilometer. Kadang dari pasar ke desa, kadang balik lagi. Tapi mau bagaimana lagi, hidup di desa itu seperti kuda beban,” tutur Mbok Saminem lirih.

 

Profesi ini biasanya dilakukan di sela-sela waktu menunggu masa panen sawah atau ketika pekerjaan di ladang tidak ada. Buruh Manol pria pun mengalami hal serupa. Dengan jarak dan beban yang tak jauh berbeda, mereka biasanya hanya menerima upah Rp 400.

 

Walau kini teknologi semakin berkembang dan listrik sudah banyak menggantikan fungsi arang, kebutuhan masyarakat terhadap arang tetap ada, terutama untuk kegiatan memasak tradisional atau produksi skala kecil. Sayangnya, kesejahteraan para pengangkut arang ini tidak ikut meningkat.

 

Kisah para Manol seperti Mbok Saminem menjadi potret kerasnya perjuangan hidup di desa, yang bertahan di tengah kerasnya tuntutan hidup dan minimnya penghargaan terhadap tenaga kerja kasar.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

xwebsite murah
xwebsite murah